Saran dan kritik dalam pembuatan blog ini kami tunggu disini: Abdee Neugara
Posted by ADMIN 0 komentar

Polsek Sukaraja- Melaka, Malaysia - Event UMKM Merdeka Export 2023 Melaka-Malaysia sukses digelar. Kegiatan bertempat di Lobby Utama Hotel Tun Fatimah Riverside, Kota Melaka ini dihadiri 48 orang perwakilan peserta Pameran dari Provinsi di seluruh Indonesia.

Acara ini berlangsung selama empat hari dimulai dari 7-11 Desember. Gubernur Bengkulu, Dr. H. Rohidin Mersyah, M.M.A selaku inisiator dalam sambutannya menyampaikan, acara ini bertujuan untuk memamerkan produk unggulan Bengkulu serta  Indonesia di Malaysia dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

Tujuan diselenggarakannya UMKM Merdeka Export 2023 Melaka-Malaysia ini untuk memberikan kesempatan emas bagi pengusaha UMKM Bengkulu terutama Indonesia agar terhubung dengan pelanggan dan mitra bisnis baru di Malaysia, sambil mendekati pasar Singapura, Thailand, dan Korea.

Produk-produk Indonesia yang dipamerkan mencakup beragam bidang, diantaranya  kerajinan tangan, tekstil, makanan tradisional, produk perawatan tubuh alami, hingga peralatan rumah tangga berkualitas tinggi, semuanya mencerminkan keunikan dan keahlian para pengrajin Indonesia.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting dari Indonesia dan Malaysia, yaitu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Johor Bahru dan Sigit Suryantoro Widiyanto, ⁠Exco Melaka, Yb tuan Allex serah shoo Chin.

Tak hanya itu, dalam acara yang sama juga akan  diisi beragam kegiatan seperti, Business Matching And Entrepreneur Talk, dan Pulang Kampung Jadi Juragan beberapa hari kedepan. 


Baca Selengkapnya ....
Posted by ADMIN 0 komentar


Polsek Sukaraja - Kinerja Bhabinkamtibmas Dusun Sungai mengkuang Polsek Kota Muara Bungo Polres Bungo, Aipda Ikrom perdana,S.Sos bersama Babinsa Peltu Daryulisman patut diacungi jempol, terbukti pada rangkaian perayaan HUT Bhayangkara ke 78 di Polres Bungo, Posronda atau Satkamling yang jadi binaannya yaitu di Rt 05 Pal 7/8 Dusun Sungai Mengkuang Kecamatan Rimbotengah Kabupaten Bungo, memperoleh penghargaan berupa juara dua posronda dan satkamling.

Penyerahan piala tersebut diserahkan di Aula Polres Bungo oleh Kapolres Bungo Jambi, AKBP Singgih Hermawan,S.IK kepada Aipda Ikrom dengan didampingi Ketua RT 05 Dusun Sungai mengkuang Popy Rian Putra, Senin (01/07/2024).

Kriteria yang dilombakan bukan sekedar adanya Posronda atau Satkamling, namun juga ditinjau dari keaktifan petugas ronda sehingga berdampak kepada warga masyarakat. Penilaian lain yaitu dari kelengkapan posronda atau Satkamling seperti buku mutasi, alat keamanan juga personil piket ronda.

Dampak langsung yang terlihat dari aktifnya ronda yaitu, warga dapat mencegah kejahatan, seperti yang terjadi saat bulan ramadhan 2024, warga RT 05 Dusun Mengkuang bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa dapat menggagalkan pelaku yang diduga  akan melakukan pencurian dengan kekerasan (Curas), dengan diamankan satu pucuk senjata api rakitan jenis revolver yang diduga akan digunakan untuk aksi curas atau rampok.

Selanjutnya pelaku dan barang bukti senpi rakitan tersebut diserahkan ke petugas Sat Reskrim Polres Bungo untuk proses dan penyidikan lebih lanjut.

Aipda Ikrom dan Babinsa Peltu Daryulisman, selalu bersinergi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam menciptakan lingkungan kondusif, dengan dibuktikan sudah beberapakali Aipda Ikrom memperoleh penghargaan atas kinerjanya membina warga, sehingga wilayah binaannya masih dikategorikan aman dan kondusif.

Ditempat terpisah Kapolres Bungo AKBP Singgih Hermawan, S.IK melalui Kapolsek Kota Muara Bungo Iptu RF. Ritonga membenarkan bahwa "Polri bukan hanya sekedar melaksanakan penegakan hukum, namun harus selalu hadir dalam setiap kegiatan masyarakat, supaya tercipta sinergitas dan kekeluargaan antara masyarakat dengan Polri khususnya personil Polres Bungo, serta menjalin sinergitas dengan unsur TNI, tokoh masyarakat dan tokoh agama, tutupnya.

Baca Selengkapnya ....

Permohonan Maaf

Posted by ADMIN 0 komentar
    Mungkin posting artikel ini akan saya hapus setelah pengerjaan blog ini selesai. Saya sebagai Blogger Newbie menghaturkan beribu maaf karena sering terlambat dalam pengerjaan/maintenance blog ini dikarenakan tanggungjawab saya sebagai seorang Bhabinkamtibmas Sriwidari yang harus saya jalankan. Kadang saya hanya meluangkan waktu di depan Komputer hanya beberapa menit saja karena kesibukan tersebut. Blog ini dibangun atas permintaan User Gunung Puyuh Kompol Widodo dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mencari Info yang berkaitan dengan POLRI khususnya Kepolisian wilayah Hukum Sukabumi Kota. Disamping itu tujuannnya adalah untuk mendekatkan para pembaca blog dengan Institusi POLRI karena adanya interaksi dengan masyarakat nantinya agar POLRI selalu dicintai dan dibanggakan masyarakat sebagai Pelindung dan Pengayom. Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena keterbatasan waktu saya untuk membangun situs ini. Adapun semua artikel yang saya posting di Blog saat ini sifatnya hanya sementara yang diambil dari berbagai sumber dikarenakan saya belum sempat membuat artikel yang notabene sangat membutuhkan konsentrasi biar bahasanya lugas dan enak dibaca. Dan sepertinya saya hanya butuh seorang penulis :D (Karena saat ini serba sendiri tanpa jurnalis atau penulis, Capek Deeehhhh!!!!). Sekian.

Baca Selengkapnya ....

Peranan Bhabinkamtibmas

Posted by ADMIN 0 komentar
 
Sudah tidak zamannya lagi kalau kehadiran polisi ditakuti masyarakat. Buanglah jauh-jauh anggapan miring terhadap sosok polisi. Sebab, kehadiran Bhabinkamtibmas di tengah-tengah masyarakat desa untuk mengayomi dan melindungi masyarakat, bahkan berperan  sebagai mediator dalam permasalahan yang ada di pelosok desa.

Begitulah kata Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, SH melalui Dir Binmas Poldasu Kombes DR H Hery Subiansauri, SH,MH,MSi. “Tujuan kehadiran Bhabinkamtibmas kita yang ada di desa-desa Kabupaten Deliserdang untuk menjaga keamanan, melindungi masyarakat serta berperan sebagai mediator dalam permasalahan yang ada di pelosok desa,” ujar Hery Subiansauri.
Menurut Hery, sesuai Rencana Strategis (Renstra) Mabes Polri 2010-2014, bertanggung jawab menjaga keamanan satu desa/kelurahan. Bhabinkamtibmas mempunyai peranan penting dan ujung tombak mengantisipasi ancaman gangguan Kamtibmas.
“Bhabinkamtibmas merupakan program Mabes Polri untuk mendekatkan polisi dan membangun kemitraan dengan masyarakat. Bhabinkamtibmas mewujudkan misi melayani masyarakat dalam bentuk nyata agar peranan polisi dapat dirasakan langsung masyarakat desa dalam bentuk pendekatan pelayanan,” kata Hery lagi.

Menurut Hery, dalam sebulan personel Bhabinkamtibmas sudah dapat memetakan wilayah desa binaannya dan dapat mengetahui semua masyarakat yang ada di desa tersebut, baik pekerjaannya sehari-hari maupun nama-nama mereka, serta adat yang ada di desa tersebut. “Sehingga keamanan dapat lebih terjaga dan masalah-masalah yang terjadi di antara masyarakat dapat terselesaikan tanpa harus diproses di pengadilan,” kata Hery lagi.

Hery bilang, Bhabinkamtibmas memiliki fungsi dan peranan sangat strategis dalam mewujudkan kemitraan polisi dengan masyarakat, sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan permasalahan pada masyarakat. “Juga mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi permasalahan serta mampu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,” pungkas Hery. (*)

Baca Selengkapnya ....

Tokoh

Posted by ADMIN 0 komentar
Indonesia Merindukan Sosok Hoegeng Imam Santoso


Adakah dijaman yang tergesa tersedia jeda? Sedikit berhenti menginterupsi waktu. Mengajak kembali ingatan menandai yang silam.  Dari jejak dibelakang, kita mengenali tempat berhenti, semacam ruang baca dan juga halte sejarah. Berhenti sejenak, luangkan waktu membaca sejarah. Coba buka catatan kusam kita. Buka lembaran yang jarang di eja. Sejarah dari orang-orang yang ajeg sederhana. Bukan melihat monumen-monumen kaku yang terasa congkak di sudut pusat kota. 

Bukankah sejarah tidak melulu soal catatan peristiwa tapi juga berisi kisah yang personal. Bahkan dari yang begitu pribadi, kisah lebih terasa karib untuk dibaca dan di renungkan. Mungkin semacam contoh. Mungkin juga sebentuk bahan pelajaran. Ini penting untuk sekarang ini. Ini penting untuk kita, terutama pejabat negara. Ini penting untuk Indonesia.

Kisah Jenderal Hoegeng Imam Santoso, almarhum, salah satunya. Kenapa Hoegeng? Mungkin karena kita butuh sesuatu yang pernah tercatat ajeg. Ini penting untuk hari ini ditengah hirukpikuk ketidakpastian sikap. Jenderal ringkih kelahiran Pekalongan, , Jawa Tengah pada 14 Oktober 1921, pantas di ulang tanpa lelah sebagai sebuah contoh. Nama Hoegeng itu sendiri, sebenarnya cuma nama sebutan fisik. 

Waktu kecil Pak Hoegeng, dipanggil bugel (gemuk), lama-kelamaan menjadi bugeng, akhirnya berubah jadi hugeng. Nama aselinya sendiri cuma Imam Santoso yang dipilihkan ayahnya, Sukario Hatmodjo, pernah menjadi kepala kejaksaan di Pekalongan; bertiga dengan Ating Natadikusumah, kepala polisi, dan Soeprapto, ketua pengadilan. 

Mereka menjadi tiga sekawan penegak hukum yang jujur, professional.  Ketiganya inspirasi bagi Hoegeng kecil. Bahkan  karena kagum pada Ating-yang gagah, suka menolong orang, dan banyak teman, Hoegeng kecil ingin jadi polisi. 

Memang sampai tua, Pak Hoegeng tidak bugel alias gemuk. Pak Hoegeng tidak bertubuh tambun subur berglambir lemak. Tubuhnya, bahkan lebih terlihat ringkih ketimbang tegap, apalagi tambun. Tapi jangan tanya soal ketegasan. Pak Hoegeng memegang itu sebagai prinsip hidup. Lewat tangannya, keadilan terasa lebih bisa diraba. 

Jabatan bagi Hoegeng bukan soal tuah untuk diri sendiri. Bukan pula soal pamrih berlebih. Jabatan bagi pak Hoegeng adalah soal kadar pengabdian pada khalayak. Dia tahu itu tidaklah lempang. Kekuasaan pastinya juga berbicara syahwat. Sekali tersingkap, mungkin yang dekat akan terjerat. Dia tahu itu, oleh karena itu Pak Hoegeng yang sederhana menjaga jarak. 

Kisah tentang toko kembang
 

Ada sebuah cerita soal itu. Waktu itu mendiang Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Sehari sebelum pelantikannya, Pak Hoegeng meminta istri, Ibu Merry agar menutup segera toko kembang miliknya yang terletak di sebuah sudut Jalan Cikini. Padahal toko kembang itu, salahsatu penopang tambahan kebutuhan hidupnya. Sungguh kontras memang. Jabatan bagi Pak Hoegeng bukan soal lahan bancakan. Jabatan hanya sebagai lahan pengabdian dan ibadah, titik! 

Kembali ke soal toko kembang. Waktu itu sang Istri sedikit protes dan bertanya, "Apa hubungannya toko kembang dengan jabatan Kepala Jawatan Imigrasi?" Pak Hoegeng menjawab kalem tapi tegas, "Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kita dan itu tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya."

Jawaban itu, sungguh sangat mengharukan.  Sebuah sikap tegas yang dibarengi sikap sederhana. Padahal kalau berkenan, tinggal membalik tangan Pak Hoegeng kaya dari jabatan. Pelajaran yang begitu berharga tentang sikap anti nepotisme dari petinggi polisi yang dilahirkan di kota Batik, Pekalongan. Yang menarik sang istri kemudian menutup toko itu. Dia mengerti sikap tegas suaminya. Dia paham Pak Hoegeng sangat keras menolak aji mumpung pangkat dan jabatan. Mungkin juga, karena itu Ibu Merry jatuh cinta. Mungkin..

Polisi  yang tegak berprinsip
 

Masih dari kisah jabatan Kepala Jawatan Imigrasi. Karena jabatan itu, Pak Hoegeng mendapat jatah mobil dinas keluaran baru. Tapi anehnya, dia masih bersikukuh dengan mobil  dinas lawas, jatahnya saat masih di bertugas di kepolisian. Dia berkilah, mobil jip lawas dari Kepolisian  juga milik negara. Dirinya merasa cukup dengan itu selama masih layak dipergunakan dan tidak sertamerta karena jabatan, terus manja dan rakus.  Soal aji mumpung jauh dari sifatnya. Apalagi mengail di air keruh. Pak Hoegeng jauh dari laku seperti itu. 

Sebagai polisi, Pak Hoegeng adalah sosok tegas membaja. Polisi dimatanya penegak hukum, titik! Tidak ada kompromi. Tidak ada bagi-bagi hasil dibawah tangan. Apalagi soal salam tempel amplop berisi duit jual kasus. Karena sikap seperti itulah dia terpental dari jabatan elit kepolisian Indonesia yang di pegangnya antara 1968-1971. 

Kala itu, Pak Hoegeng mengungkap kasus penyelundupan mobil kelas kakap yang dilakukan oleh Robby Cahyadi. Si pelaku di sebut punya kaitan dengan kalangan istana. Tapi betapa kecewanya, saat dia akan melaporkan itu ke Presiden, sang buruan sedang asyik bercengkrama di Cendana.  Ternyata benar, kekuasaan kongkalikong dengan keculasan. Jelas karena itu Sang Jenderal murka. Sejak saat itu, pupus sudah kepercayaan kepada kekuasaan. Pun pada pucuk pimpinan negara bernama Soeharto.

Karena itu pula, Pak Hoegeng diberhentikan sebagai Kapolri sebelum masa jabatannya habis.  Tepatnya  1970, Soeharto mencopot jabatan itu dari pundak Pak Hoegeng dengan alasan regenerasi. Tapi aneh, penggantinya, Muhammad Hassan. Justru lebih tua darinya. Artinya dia menyadari, kekuasaan sudsah tidak suka sepak terjang membenahi korps kepolisian. Sebagai penghibur, Pak Hoegeng ditawari jabatan sebagi duta besar di Belgia. Tapi Pak Hoegeng menampik. 

Dia menukas tegas soal penolakan tawaran tersebut, "Saya tidak punya keterampilan basa-basi seorang duta besar!". Mungkin penolakan tersebut sebentuk resistensi yang tumbuh menguat dalam dirinya. Karena selepas itu, dia mulai mengambil posisi bersebrangan dengan kekuasaan. Dia mencoba memberi batas semakin tegas dengan wajah kekuasaan. Bersama Jenderal (Purn) Nasution dan Proklamator Bung Hatta, dia aktif di Lembaga Kesadaran Berkonstitusi (LKB). Sebuah lembaga yang mencoba memuat suara lain diluar tubuh negara tentang bagaimana berkonstitusi  dengan suara hati nurani. 

Sepertinya kejengkelan penguasa pada Pak Hoegeng yang tidak kunjung manut tidak juga hilang. Saking jengkelnya, ada cerita soal ini. selepas pensiun Pak Hoegeng menyalurkan hobi menyanyi di TVRI lewat kelompok Hawaian Seniors. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena kemudian muncul larangan tampil bagi Pak Hoegeng di layar televisi plat merah tersebut. Pastinya Soeharto sudah sangat jengkel, maka setiap ruang rambah Pak Hoegeng coba di sumbatnya. Pun untuk sekedar tarik suara.Tidak berhenti karena di sumbat dilayar kaca. Pak Hoegeng menempuh jalur lain. 

Mulai dari Mei 1980 Pak Hoegeng bergabung dalam kelompok petisi lima puluh. Sebuah kelompok yang menyuarakan keprihatinan terhadap tindak-tanduk penyelenggaraan kekuasaan negara saat itu. Dalam kelompok tersebut memang bergabung beberapa pensiunan pejabat polisi dan militer, disamping tokoh-tokoh sipil lainnya. Seperti Letjen Marinir (Purn) Ali Sadikin dan HR. Darsono, Mantan Pangdam Siliwangi. 

Keterlibatan di kelompok Petisi 50, berbuah cekal bagi Pak Hoegeng. Itu sepertinya biasa bagi  Mantan Kapolri dan penganjur pertama pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor di Indonesia tersebut. Jenderal polisi yang dikenal bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), bahkan sering turun ke lapangan. Syahdan, Pak Hoegeng, lulusan pertama Akademi Kepolisian (1952), memimpin langsung operasi balapan liar di sekitar jalan Taman Soerapati, Jakarta, sekitar tahun 70an. Kepada anak buahnya dia berkata tegas, "Tangkap saja anak-anak muda yang nakal itu! Kalau bapaknya sok ikut campur, nanti saya yang akan hadapi sendiri!". 

Kisah lainnya masih tentang ketegasan tanpa tedeng aling-aling. Ceritanya di kota Medan, seorang pejabat baru kepolisian bikin geger. Seorang Kepala Reskrim  baru pindahan dari Jawa Timur, menolak keras hadiah dari para cukong. Padahal nilainya menggiurkan. Perabotan luks dikirim ke kediaman Reskrim baru tersebut. Kota itu memang marak dengan kisah para cukong penyelundupan yang makmur juga tebaran lapak judi dimana-mana. Kiriman sogok itulah yang dimaksudkan untuk membungkam aparat. Tapi kali ini meleset, si aparat baru meradang karena di sogok. 

Kiriman itu bahkan dibuangnya di pinggir jalan. Kita pada akhirnya mencatat, siapa sosok nekad tersebut. Namanya Hoegeng Imam Santoso. Kelak nama itu kita kenang sebagai tonggak kejujuran  yang sederhana. Berbanggalah Kepolisian Republik ini, mempunyai tokoh komplet seperti Pak Hoegeng. 

Bahkan saking sederhananya. Lepas dari Medan, Pak Hoegeng kembali ke Jakarta. Karena belum dapat rumah tinggal, dia menumpang di garasi mertuanya di daerah Menteng. Padahal dia bekas Kepala Reskrim. Teramat langka memang sikap hidup seperti Pak Hoegeng. Beragam tugas pernah diemban, bapak yang dikarunia tiga anak tersebut diluar dari tugasnya sebagai polisi. Mulai dari Kepala Jawatan Imigrasi (1960-1965), Menteri Iuran Negara (1966-1967) dan Deputi Operasi Menpangak (1967-1968). 

Jakarta, 14 Juli 2004
Tengah malam lewat setengah jam, Pak Hoegeng menghembus nafas terakhir. Setelah dirawat intensif di RS Polri Kramat Jati karena Stroke, penyumbatan pembuluh darah dan pendarahan bagian lambung. Tuhan berkehendak lain. Kabar terpetik, Sang Jenderal pun mangkat di RSCM, Jakarta. Simbol keteladanan dan kejujuran Polri tersebut meninggalkan tanah air yang teramat dicintainya.  

Kita menundukan kepala. Merunduk ke tanah sembari ingatan  terus mencatat. Yang datang pastinya dibatasi kepergian. Pun soal memiliki pasti ada interupsi soal kehilangan. Tengah malam lewat, tepatnya pukul  00.30 WIB, Jenderal sederhana itu pergi. Bahkan untuk pemakamannya, Pak Hoegeng mewanti-wanti, kelak kalau meninggalkan, dirinya tidak ingin dikebumikan di Kalibata, makam para pahlawan nasional. 

Dirinya ingin dimakamkan di pemakaman biasa. Pada akhirnya, TPU Giritama, Desa Tonjong, Bojong Gede, Bogor, dipilih sebagai tempat peristirahatannya terakhir. Sekitar pukul 14.00 WIB, jenazah Jenderal ringkih menyatu dengan tanah. Sudah habis tugas kesejarahannya. Yang tertinggal mungkin cuma jejak. Mudahan-mudahan ingatan bangsa tidak dikalahkan lupa, bahwa bangsa ini pernah memiliki polisi yang tahu arti kejujuran. Selamat jalan Pak Hoegeng... 

Riwayat Hidup Hoegeng Imam Santoso
(lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) 

Dia masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937). Setelah itu, dia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940. Sewaktu pendudukan Jepang, dia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Baru dia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.

Mas Hoegeng di luar kerja terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele. Sering terdengar di Radio Elshinta dengan banyolan khas bersama Mas Yos.

Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif.

Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).

Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol.

Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.

Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan.

Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971, dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.

Ingin lebih tau tentang  Hoegeng Imam Santoso ? silahkan klik gambar dibawah ini:


Baca Selengkapnya ....

Kebijakan Remunerasi Tahun 2013

Posted by ADMIN 0 komentar
Sebagaimana Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun-tahun sebelumnya, Tema RKP 2013 dituangkan lebih lanjut ke dalam 11 Prioritas Nasional dan 3 Prioritas lainnya. Prioritas pertama adalah Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola.

Reformasi birokrasi akan dituntaskan di tingkat pusat dan diperluas ke Pemerintah Daerah. Melalui percepatan reformasi birokrasi sangat diharapkan adanya peningkatan kinerja birokrasi untuk menciptakan good governance pada instansi pusat dan daerah.

Sampai dengan tahun 2011, sebanyak 16 Kementerian/Lembaga (K/L) telah melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) dan 20 K/L sedang dalam proses persetujuan. Pada tahun 2012, diharapkan K/L yang telah mengusulkan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dapat diproses. Perluasan reformasi birokrasi di daerah pada tahun 2012 mulai dilaksanakan di 33 provinsi, 33 kabupaten dan 33 kota.

Secara persentase pemerintah sendiri menargetkan pada tahun 2013 pelaksanaan reformasi birokrasi pada K/L mencapai 100%. Perlu dingat juga tahun 2012 ditargetkan 80% K/L, namun sampai saat ini tambahan 20 K/L yang diusulkan masih dalam proses persetujuan.

Dari sisi kebijakan fiskal, RAPBN TH 2013 mengalokasikan anggaran untuk mendukung penganggaran remunerasi tahun 2013. Arah kebijakan RAPBN TA 2013 untuk jenis belanja pegawai diarahkan sebagai berikut:

Melakukan penyesuaian gaji pokok dan pensiun pokok PNS;
Meneruskan pemberian gaji dan pensiun ke-13;
Menampung kebutuhan anggaran remunerasi K/L terkait reformasi birokrasi;
Mengelola jumlah PNS mengacu pada prinsip zero growth.

Artinya untuk tahun 2013 gaji PNS naik, gaji 13 masih diberikan dan terdapat anggaran untuk remunerasi.

Baca Selengkapnya ....
AbdeeNeugara|Copyright 2012 .